ah maaf kawan, aku juga sedikit geli untuk memberikan judul seperti itu. bukan karena takut terkesan labil, hanya saja setelah kusadari aku sedikit sensitif dengan kata pertama dari judul di atas. haha… baiklah, terlepas dengan semua kecupuan judul di atas, aku akan membagi sedikit petualangan yang pernah kulakukan beberapa tahun dulu. sebuah petualangan dengan misi yang keren. kusebut misi itu, “misi penyelamatan cinta”
***
hari itu aku akan melakukan perjalanan jauh untuk memastikan satu hal yang kita semua pastikan dalam hidup ini. cerita ini berawal dari, ketika aku pulang dari petualangan lainya di pulau Madura. sore itu pamanku mengantarkanku hingga pelabuhan tanjung perak untuk bisa melanjutkan perjalanan dengan bis yang ada di sana.
sebelum sempat menuju terminal tempat kereta besi itu berbaris, kami berniat melepas letih perjalanan sambil mengisi perut di sebuah warung di pinggir jalan. dari sana masih tampak tumpukan petikemas dan truk-truk besar melintasi sebuah gerbang yang tak jauh dari sana terdapat sebuah rumah sakit yang besar.
entah pertanda apa yang sebelumnya kudapat sampai aku melihat keindahan itu.
NB: *mulai sekarang bayangkan apa yang kalianb aca dengan gerakan slow motion!
rambutnya terberai saat sebuah truk besar melintas di sampingnya, membuat beberapa debu nampak berkilauan di sekitar wajahnya. (jangan lupa menambahkan suara instrumen saxsofon untuk menambahkan kesan cantik) bibirnya berkilauan saat cahaya petromax di kios rokok menerpanya. ia berjalan dengan anggun melintasiku. tubuh yang jenjang dibalut dengan celana pendek berwarna soft dan baju putih bersih menambahkan kesan cantik padanya. selama sepersekian detik waktu membeku dan aku sadar bahwa dia juga menatapku. kami saling menatap selama beberapa waktu yang bagiku itu adalah waktu yang cukup lama untuk sekedar memperkenalkan diri kami satu sama lain lewat sebuah pandangan.
sesaat lalu, mataku dan matanya saling berpandangan yang sampai saat ini masih bisa kurasakan bagaimana waktu berhenti dengan pelanya, membingkai lukisan indah matanya. dan hingga saat inipun aku belum bisa memahami bahasa apa yang ia sampaikan melalui pandangan itu hingga membuat hatiku membeku. aku segera mengalihkan pandangan saat dadaku mulai sesak. aku sedikit salah tingkah dengan cara dia memandangku. ia pun berlalu dan aku kembali menatapnya dengan sebuah harapan. dan di saat itulah aku memastikan bahwa memang dia telah menyampaikan sebuah bahasa lewat pandangan matanya tadi. bagaimana tidak, saat aku memandangnya ia juga menoleh dan kembali menatapku dengan pandangan yang sama yang tak pernah terjemahkan oleh kesadaranku. berkali-kali aku memaki diriku karena rasa malu yang membuatku memalingkan pandangan dari percakapan asing yang tersampaikan melalui tatapan kami. yah aku malu dan berusaha secepat mungkin mengakhiri percakapan dengan bahasa mata itu. dengan keras aku berusaha menenangkan gejolak hatiku yang terlecut oleh bahasa matanya. aku duduk dan mulai membuka sebuah topik untuk mengalihkan fokus pikiranku.
kawan, apakah kalian tahu apa yang membuat seorang lelaki bisa melakukan hal gila dalam satu tindakan akal sehatnya? jawabnya adalah alasan. dan dalam konteks ini, alasan itu adalah tanda pasti dari seorang yang menghanyutkan hatinya. dan malam itu aku mendapatkan alasan itu. hatiku kembali terbelalak ketika mataku mendapati paras cantik itu memasuki warung yang sama di mana aku duduk. dan yang membuatku membara dan meleleh dalam satu waktu adalah, ia memilih tempat duduk tak jauh di sampingku. nampaknya lusinan petikemas berpindah di atas pangkuan dan punggungku, membuatku duduk kaku tanpa bisa berdiri, bahkan menoleh pada paras cantik itu. ya aku tahu aku bodoh, dan itulah yang membuatkumenyesal hingga saat ini. karena hingga acara makan berakhir, aku tidak bisa berbuat apapun. kami kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan. dan sepanjang perjalanan di dalam bis aku mengutuki diri yang telah menyia-nyiakan kesempatan dan mengabaikan alasan yang seharusnya bisa membuatku melakukan hal gila sekalipun. aku kalah.
———————————————————————————————————–
Ijo mulai melesat, satu persatu mobil dan motor kami lalui dengan elegan. akhirnya setelah dua hari ini mengumpulkan data riset dan analisa sederhana tentang malam itu. aku bertekat menemui bidadari berkulit lembut itu. aha bagaimana tanya kalian? baik inilah bagian terseru. akan kujelaskan sedikit analisaku saat itu.
seorang gadis paras cantik berpakaian santai tak mugkin ia tinggal di sekitar pelabuhan. dan kesimpulanku ia hanya temporar di sana. lalu bagaimana bisa? apa yang ia lakukan bersama seorang ibu yang mengenakan pakaian baik di pinggir jalan mencari sebuah rumah makan? dan kesimpulanku mengantarkan bahwa mereka tidak sedang tinggal di rumah sanak famili atau kenalan di sana. lalu di mana? sampai sini aku sempat berhenti hingga akhirnya aku teringat dengan sebuah rumah sakit yang berdiri tak jauh dari warung pertemuan itu. yah, hipotesis awalku mengatakan bahwa bidadari dan ibunya sedang mengunjungi rumah sakit. namun, mengingat pakaian sederhana yang mereka kenakan membuat kesimpulanku semakin merujuk, bahwa ada salah seorang anggota keluarganya yang opname di sana. dan saat itu mereka hanya sedang membeli makanan untuk makan malam, karena rumah sakit tidak menyediakan makan bagi pengunjung.
aku semakin bersemangat atas penemuanku itu. namun seperti biasa, ketakutan dan rasa ragu membuat pertanyaan di benaku semakin banyak agar aku tidak melakukan hal gila. lalu kenapa jika mereka memang sedang secara temporar ada di rumah sakit itu? rumah sakit itu luas dan tempatnya ada di surabaya, sekitar dua jam perjalanan motor dari rumahku. tapi seperti yang kubilang kawan. satu alasan balasan perasaan bahkan dengan isyarat sekalipun, cukup untuk membuat seorang lelaki melakukan hal gila. dan di situlah aku, berada di tengah jalan menuju rumah sakit itu. dibutuhkan waktu dua jam setengah hingga aku mampu menemukan rute tepat untuk menuju rumah sakit tersebut. aku juga sempat menghubungi beberapa saudaraku yang ada di sana sebagai persiapan jika misi ini tidak bisa kuselesaikan dalam waktu sehari.
———————————————————————————————————–
waktu telah menandakan saat dzuhur dimulai. aku segera mengambil wudlu dan membasuh kerinduanku akan jawaban yang kunanti di sebuah mesjid kecil di dalam rumah sakit itu. dan seperti sebuah keajaiban. samar-samar aku mengingat bahwa seorang wanita yang sedang mengenakan sandal di sebelahku, adalah biu-ibu yang sama yang pernah kutemui di malam itu. subhanallah. aku segera mengikutinya, berharap ia akan mengantarkanku pada bidadari yang aku menyesal telah menyianyiakanya dulu.
rumah sakit itu luas dan aku sempat kehilangan jejak. tak berpikir panjang, aku segera menanyakan bagian rawat inap pada salah satu kakaku yang pernah opname beberapa hari di sana. dan data lokasi penginapanpun aku kantungi. aku berjalan dengan percaya diri mengingat jarakku pada bidadari itu semakin dekat. beberapa kali aku menyisir rambut dengan jari-jariku sambil menghadap kaca di dalam lift.
aku hanya melihat seorang bapak-bapak sedang asik menonton televisi saat aku mengelilingi paviliun. beberapa kali aku memutar untuk pindah lantai, hingga akhirnya aku bergabung dengan bapak-bapak tadi untuk sekedar istirahat dan menonton televisi. sebenarnya aku sedikit risau karena hatiku memintaku untuk sekedar mengobrol dengan bapak-bapak tersebut. namun aku akui, saat itu aku bukanlah yess man. sehingga aku lebih memilih untuk tetap berada pada zona nyaman dan tidak berkomunikasi dan ber’dramaturgi’ kepada lingkunganku. akhirnya aku hanya diam dan berlagak menjadi seorang yang cuek pada lingkunganya meski hati kecilku mengatakan bahwa setidaknya aku harus menunjukan rasa simpati atas perban di kakinya.
sebuah cerita tidak selalu berakhir dengan bahagia.. tapi setiap cerita memiliki sebuah pesan yang bebas untuk diterjemahkan.. karena itulah indahnya pengalaman. dan saat itu aku menyadari bahwa penolakanku terhadap sikap yessman telah mengurangi esensi perjalananku seharian itu. bagaimana tidak. tak lama setelah aku mengacuhkan bapak-bapak itu. seorang ibu yang sama yang aku ikuti sejak pertama kali datang ke rumah sakit ini muncul dan membawa sebuah tas dan perlengkapan bapak-bapak tadi. dan itulah dia. nampaknya bidadari itu sedang menjenguk bapak tersebut dan ibu yang kutemui adalah istrinya. dari tas dan perlengkapan yang mereka bawa, aku tahu bahwa mereka telah chek out dan siap untuk meninggalkan rumah sakit tersebut. hatiku hancur dan menyusut menyadari aku telah membuang waktu emasku bersama dengan bapak tadi, yang mungkin bisa membuka sebuah peluang untuk selangkah lagi lebih dekat pada bidadariku itu.
dengan cemas aku mengamati kepergian mereka. kukejar hingga lapangan parkir tapi aku tak menemukan jejaknya. aku tak mau semua ini berakhir, hingga akhirnya aku kembali ke lantai paviliun dan mencoba menanyakan data bapak-bapak tadi. namun sayang dengan alasan privasi mereka tidak membagiku informasi tersebut. dan dengan demikian petualanganku telah berakhir. aku hampa dan resah. kulangkahkan kakiku untuk menuju peristirahatan di rumah saudaraku dan aku masih tak bisa menerima akhir yang payah itu. tapi seperti yang kubilang tadi kawan semua cerita tidak harus berakhir indah, tapi setidaknya aku belajar bahwa kesempatan takan datang dua kali. keberuntungan adalah ketika kesempatan bertemu kesiapan. dan kesiapan hanya bisa diraih melalui pengalaman dan karakter yang kita miliki. dan sore itupun aku merenung. di antara riuh rendah kota dibawah mega menghambar.
credit
foto 1 : suramadu..
foto 2 :mesjid mburi omahku
foto 3 : cahaya senja menyinari masjid
by: Akhya’ Muhammad K