Sang Pembawa Unsur

Purnama dan romantika tuhan

Gemericik  air hujan dari talang yang sudah pecah semakin terdengar jelas saat keheningan menyeruak dua orang itu.

“jadi apa keputusanmu?” tanya wanita itu dengan air muka yang mulai sendu.

move on lanjutkan hidupmu temukan lelaki yang pantas untukmu!” kata lelaki itu tenang. Malam itu terasa sangat sunyi. Sebagaimana sebuah aliran sungai besar yang selalu nampak tenang di permukaan namun menyimpan arus yang kuat di dalamnya. Sekuat perasaan yang tersimpan dalam wanita itu. Lelaki itupun menyadarinya, kesunyian yang tercipta di antara percakapan itu tidak sedikitpun membuatnya berfikir bahwa ketenangan yang terpancar dari wanita itu adalah apa yang sesungguhnya terjadi. Pemikiran tersebut tidak terjadi hanya lantaran lelaki itu mengetahui betapa besar perasaa wanita itu yang telah diberikan kepadanya, namun terlebih karena lelaki itu selalu menjaga perasaan yang telah diberikan kepadanya dengan segala sikap baik.

Sungguh dilematik, lelaki tersebut sebenarnya tahu bahwa setiap sikap dan perbuatan baik kepada wanita itu hanya akan menambah kenangan yang akan sulit dilupakanya, namun ia juga tidak sampai hati jika ia harus bersikap mengabaikan wanita itu. Bukan karena ia ingin memiliki seorang pemuja, namun karena ia tahu perasaan yang diberikan wanita itu telalu besar dan tulus untuk diacuhkan.  untuk itulah ia slealu ingin mengapresiasi perasaan tersebut dengan penghargaan tertinggi yang bisa ia berikan, dan salah satunya adalah sikap baik yang berusaha ia berikan kepada wanita itu.

“apa kau yakin?” tanya wanita itu lesu yang dibalas lelaki itu dengan anggukan pasti.

Sebenarnya sudah  tujuh tahun semenjak mereka berkenalan,  wanita itu menyimpan perasaan yang mendalam pada lelaki di hadapanya. Terkadang begitulah cara takdir mendewasakan kita, tidak hanya dengan memberi namun juga mengambil. Dan kali ini takdir telah memberikan kesempatan mereka untuk bertemu dan membiarkan perasaan itu tumbuh dengan kuat pada wanita tersebut.

“Move on… bangkitlah dan berdiri, temukan orang selanjutnya yang akan kau temui dalam hidupmu nanti. Aku menghargai perasaanmu tapi tak bisa memaksakan apa yang kau minta.”

“apa kau tak ingin mencobanya?” wanita itu menjawab

“yang berarti kau akan hidup dalam kebohongan yang akan aku lakukan? Lalu apa poin dari mencoba hubungan yang  tak sejalan satu sama lainya?” kata lelaki itu.

“tapi cinta itu bisa dibangun, dank au tidak bisa memaksaku untuk melupakanmu… ini semua di luar kuasaku..”  tampak guratan kecemasan tergambar di wajah wanita itu. Lelaki itu hanya diam membisu sembari memandang wanita itu. Sepertinya baru saja ia mendapati dirinya di tempat wanita itu berada… memohon dan berharap akan satu perasaan yang sejak lama dia harapkan.

jika kau mengatakan bahwa cinta bisa dipupuk dan dibangun, seharusnya kau juga bisa mengatakan bahwa cinta bisa diredam dan dilupakan… “ kata lelaki itu sembari melangkah pergi. Dan saat itu ia terhenyak karena apa yang barusan ia katakan… adalah nasihat yang seharusnya ia dapatkan.

Categories: cerpen, Sang Pembawa Unsur | Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.