Jati diri

ada cerita menarik tentang diskusiku dengan salah satu dosen mata kuliah tentang tema thesis…

perancangang artis virtual adalah tema thesisku… dan aku mengkonsultasikan pada beliau tentang karakter…

“kemarin ada mahasiswa konsultasi dengan saya” beliau memulai tanpa menggubris relasi pertanyaan yang ku ajukan   “.. tentang karakter Barong, gambarnya bagus… menurut kamu bagaimana karakter Barong itu?” tanya beliau dengan cara bicaranya yang khas… cepat dan meledak-ledak penuh semangat. baju putih lengan pendek dan celana cream itu melekat di benakku sebagai karakter beliau, ditambah lagi beberapa rambut memutih yang menggambarkan tiap ilmu yang beliau miliki…

“mmmm… jahat pak!” kataku singkat sembari meraba…

“nah itu yang salah… siapa nama kamu?”

“Erik pak…”

“nah.. Erik ini juga korban dari orang-orang barat..  sudah dicekoki dengan pemahaman-pemahaman barat. di mana sosok yang bertubuh besar, kekar, dengan mata lebar, dan siung menjulang dan bertampang menyeramkan adalah sosok penjahat.” kata beliau bersemangat…

“jadi…” kataku yang segera disambut beliau

“Barong itu tokoh pahlawan… ia datang dengan sosok tersebut untuk menjadi penyelamat… yang harus kamu tahu adalah kebudayaan kita orang timur dan kebudayaan orang barat itu berbeda. nah sekarang saya tanya… menurutmu sosok pahlawan yang kuat itu seperti apa?” belia berhenti sejenak memberikan pertanyaan.

“yang kekar pak” kataku dengan polosnya…

kaji satu

“Itu juga hasil dari produk orang-orang barat… supermen dan orang-orang kekar bertato adalah karakter yang ideal menjadi sosok pahlawan… itu di tempat mereka. kalau kamu tahu budaya yang kita miliki itu justru sebaliknya… orang yang pendiam dan kecil itu justru adalah orang-orang sakti. kamu tau siapa tokoh pewayangan yang paling sakti?” beliau diam sebentar… menghemat waktuku berpikir beliau segera melanjutkan..

“sosoknya sangat kecil sekali namanya Dewa Ruci… adalah karakter yang kuat dan tak terkalahkan… itu adalah wujud dari nafsu manusia itu sendiri kamu tau ceritanya ketika bertarung melawan ular? itu sebenarnya ia sedang bertarung melawan dirinya sendiri… Erik harus paham itu.. iya?” klata beliau sambil tertawa melihatku yang berusaha berpikir cepat menangkap semua yang beliau sampaikan…

“berarti… orang-orang barat itu hanya merepresentasikan apa yang ada di depan mata saja pak? berupa bentuk visual?” kataku mencoba menyimpulkan

“nah itulah mereka… kenapa? karena sebagian besar mereka materialistis… berbeda dengan orang kita yang menilai segala sesuatu dari hati, rendah diri, dan mendalami nilai-nilai luhur itu.”

“nah mulai keluar dari sini kamu harus mulai curiga (curiga adalah istilah beliau untuk menggambarkan kekritisan) terhadap segala sesuatu yang kamu temui, banyaklah membaca dan kamu akan menemukan apa yang sebenarnya harus kamu gali dalam tesis Erik.”

“paham erik! kata beliau sambil mengembalikan suasana menjadi ceria”

“iya pak tapi saya juga ingin membuat tesis yang wah” beliau segera memotong…

“nah itu cara yang salah juga Erik! saya paham maksut kamu tapi cobalah angkat dari hal-hal yang kecil, sesuatu yang remeh tapi memiliki nilai kaji yang dalam. sesuatu yang wah itu akan segera dilupakan seiring waktu…”

lalu aku segera menanyakan satu hal..

“kalau begitu pak… seharusnya apa yang kita lakukan? membuat sesuatu yang bersifat abadi, atau sesuatu yang hanya berguna di masanya?”

“menurut saya Erik buatlah sesuatu yang sesuai dengan masa Erik saja.. kaji satu hal yang kamu pilih dan kuasai itu. seperti saya dulu mengkaji batik dan Erik tau kan kisah batik titik? nah ketika saya menguasai ilmu itu, saya bisa ke manapun dengan percaya diri, ke jepang, korea.. bahkan kemanapun. karena saya memiliki apa yang tidak mereka punya…”

dan saat itulah aku menyadari bahwa aku harus membuka mata lebih lebar pada hal-hal kecil di sekitar ini… (meski di lain pihak juga membuatku semakin risau atas ilmuku tentang apa yang sedang kulakukan)

sesuatu tentang apa yang selama ini kita miliki namun tidak kita kenali lagi.. jati diri bangsa… hal yang ada di sekitar kita namun tak lagi kita rasakan kehadiranya… dan itulah sebenarnya yang harus kita lakukan. mengenali, menggali, dan memegang erat jati diri kita… karena hanya dengan mengenali diri kitalah kita bisa berdiri dengan kokoh di manapun kita berada…

entahlah tak yakin… kuliah ini semakin rumit karena harus melakukan banyak hal membosankan dengan buku dan kajian-kajian itu.. atau malah semakin menarik dan menantang, karena nantinya kami akan menerima gelar “master” dari apa yang kami kaji… aplikasi, animasi, game, teknologi, fashion, desain, dan lain sebagainya hingga virtual.. haha aku suka kata terakhir itu… mari kita sambut masa depan dengan membaca (kok jadi semacam pesan moral gini ya… ‘mari membaca’… :D)

Categories: kisahku | Tinggalkan komentar

Navigasi pos

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.