“Kira-kira apa juga yang akan kamu katakan jika ada dua amoeba di dalam sudut lambung kita sedang berdialog.; ‘Aku tidak percaya manusia itu ada. Jika manusia itu ada bagaimana ia akan membelah diri seperti ini’ kata si amoeba itu sembari membelah diri”aku menyenggol Joy sembari tersenyum. “Manusia telah mengkodifikasikan eksistensi mereka untuk membawanya ke ukuran manusia, untuk membuatnya dapat dipahami, manusia telah membuat skala sehingga mereka dapat melupakan skala tak terduga.” tutupku mengutip kata-kata Scarlet Johansson dalam film Lucy.
“Sebagai manusia kadang kita hanya mau mengukur segala sesuatu dengan cara kita, sampai kita lupa bahwa ada ukuran lain yang ada di luar kita. Seperti amuba tadi yang hanya membayangkan adanya manusia seperti keadaan dirinya. Begitu juga kau Joy yang mengukur tuhan dengan caramu mengukur diri.” lanjutku.
“Ah aku bukan tipe orang yang akan mengatakan sesuatu yang nggak bisa dilihat itu tidak ada, karena kau pasti akan memberi perumpamaan udara.” Joy menimpali.
“Eh siapa bilang, yang bisa dilihatpun kita belum tentu bisa melihatnya kok” balasku. “Aku tau Pak, kau pasti akan memberikan contoh otak manusia kan, dan hanya bisa dilihat dengan cara dibedah” kata Joy.
“Ah nggak juga, tapi setidaknya dua contoh darimu membuktikan bahwa dibutuhkan pendekatan khusus untuk membuktikan keberadaan sesuatu kan? Bisa dengan uji coba ilmiah, menggunakan alat, bahkan waktu maupun tempat.” kataku.
“Waktu maupun tempat pak?” tanya Joy. “Betul, contohnya jika aku bertanya kepadamu apakah bumi itu ada? Tentu kau akan menjawab ada, tapi pakah kita bisa melihatnya langsung? Tentu tidak.” lanjutku. “Eh bisa pak, tinggal ke luar rumah saja cari tanah lapang terus lihat kebawah.” balas Joy. “tidak Joy, yang kau lihat di bawah kakimu itu adalah tanah, yang memang adalah bagian dari bumi. Untuk melihat bumi secara utuh kau perlu pergi ke luar angkasa dan melihat bola dunianya. Begitu juga tuhan, yang menciptakan bumi tadi, aku bisa saja menunjuk semua hal adalah tanda keberadaanya, tapi bagaimana jika semua ini hanya berada di dalam sebuah aquarium milikNYA?” tutupku.
“Aku paham pak maksudmu… tapi ya kita kan mengukur sesuatu dengan wawasan kita, masak kita mengukur sesuatu dengan cara yang tidak kita pahami?” balasnya. “Sebenarnya dengan memberikan perbandingan mario dan manusia tadi kita sudah paham bahwa ada hal-hal yang tak mungkin bisa dijangkau Mario tentang kehidupan manusia itu sendiri. Lalu bagaimana kita menjangkau Allah selain dari cara yang telah Ia ajarkan? aku juga sudah membuktikan eksistensinya melalui sebuah benda bernama Al-Quran yang memuat segala pengetahuan lintas zaman yang tidak mungkin ditulis oleh manusia.” lanjutku sembari mengganti gigi perseneleng.
“Analogimu bagus pak. Menarik, tapi itu belum membuatku setuju dengan konsep agama Pak. Beragama hanya membuat orang-orang merasa benar. Lagipula kalau memang tuhan ingin disembah, kenapa ia tidak menciptakan satu agama saja? Malah membuat banyak agama yang memicu konflik” kata Joy.
“Nah sekarang aku akan ke situ… Kenapa ada banyak agama?” kataku lalu menenggak lagi air mineral yang masih ada di dasbord. “Tak kasi analogi dulu ya. Coba bayangkan seorang Programer menciptakan robot dengan kecerdasan buatan atau AI (Artificial Intelligent) untuk diuji coba dalam satu simulasi eksperimen. Tujuanya adalah untuk mengembangkan sebuah robot dengan Ai terbaik yang bisa mengambil keputusan sesuai arahan Programer.” Joy menyimak sambil melinting kreteknya.
“Robot itu memiliki 4 elemen utama; Sistem mekanik atau tubuh, Algoritma perhitungan logis sejenis prosesor, Kecerdasan buatan (AI) yang memberinya kemampuan untuk menganalisa permasalahan dan memilih satu dari alternatif solusi yang ia temukan, dan Energi buatan yang bisa diisi ulang atau Baterai namun dengan jangka waktu yang telah ditentukan”. Joy tampak serius mendengarkan, kedua kakinya masih duduk bersila di atas kursi mobil bak yang kami kendarai ini. Cahaya matahari mulai menyibak kabut di antara pepohonan kaki gunung Tengger.
“Robot tersebut memiliki misi untuk menjaga dan merawat suatu area dengan baik yang ditulis dalam protokol sejenis buku manual. Sedangkan untuk mencapai misi itu peneliti membuat dua jenis program, Wall dan Virus sebagai obstacle dan suporter” Lanjutku. “Untuk memudahkan kita dalam mengidentifikasi mari kita beri nama robot itu David.” tuturku meniru nama karakter yang diperankan Haley Joel Osmet di film Artificial Intelligent.
“Baiklah, David memiliki keterbatasan waktu, expired date dalam menjalankan misinya. Untuk itulah Programer menciptakan sebuah mesin khusus yang memiliki kemampuan menciptakan robot baru dari data pengalaman yang ditransfer oleh David. Dengan demikian tugas menjaga area tersebut bisa dilanjutkan oleh generasi robot berikutnya. Oleh Programer mesin itu diberi tubuh mirip dengan David namun dengan fungsi sebagai partner.” jelasku.
“Maksudnya mesin itu bisa melahirkan robot pak? Terus dikasi tubuh? Wah.. Ini berarti seperti Laki-laki dan perempuan Pak?” Joy memotong. “Yah anggaplah kita sedang mendesain sebuah peradaban yang dimulai dengan dua aktor itu” balasku.
“Sang Programer menaruh sepasang robot itu di sebuah tempat eksperimen untuk menguji perkembangan David. Layaknya eksperimen pada umunya, Program Wall dan virus diciptakan sebagai suporter dan obstacle untuk membantu perkembangan AI dalam menjalankan misi. ‘Wall’ adalah program yang berjalan sesuai tugas yang diberikan Programer, ia tidak akan menyalahi perintah. Sedangkan ‘Virus’ adalah format yang juga memiliki AI untuk memilih tindakan, nantinya ia bertugas menjadi obstacle yang akan menciptakan rintangan untuk menguji bagaimana respon David dan generasi penerusnya dalam menyikapinya.” kataku panjang. Kali ini Joy hanya diam sambil menikmati tiap hisapan kreteknya di tengah udara dingin pegunungan.
“Programer telah memprogram sebuah sistem yang dapat mengkalkulasi setiap perbuatan robot. Sehingga di akhir tiap masa aktif robot, tindakan mereka akan dikalkulasi mana yang mengikuti protokol dan mana yang menyalahi protokol. Bagi mereka yang berhasil menyelesaikan misi, mereka akan dikirim ke sebuah program bernama ‘Paradise’ sebagai penghargaan. Sedangkan yang gagal menjalankan misi akan dirombak dan diformat ulang atau bahkan dihancurkan di sebuah program bernama…” belum selesai aku menjelaskan Joy sudah menyahut.
“Inferno…” sambung Joy. Aku hanya mengangguk, awalnya aku hanya akan mengatakan ‘hell’ tapi nampaknya Joy memiliki satu istilah yang lebih keren.
“Kenapa harus ada virus Pak? kalau Programer ingin robot itu menjaga area ya seharusnya dibantu difasilitasi dengan program-program pendukung, kenapa malah diciptakan virus? Konyol sekali” tanya Joy protes.
“Ingat joy tujuan penelitian ini untuk menguji dan menseleksi manakah robot yang tetap pada misi utamanya dan manakah robot yang malfungsi dan tidak bekerja sesuai perintah, atau malah mengacau sistem harus dieliminasi, sedangkan menjaga area itu hanyalah misi sang robot, bukan tujuan penelitian.” tuturku. “Layaknya penelitian pasti membutuhkan variable test, virus adalah variable obstacle yang harus dilalui sang robot untuk mengetahui apakah ia robot yang canggih atau tidak. Tapi tenang, Wall juga berperan sama dalam membantu David yang pada akhirnya sang robot itu sendirilah yang akan memilih. Lagipula apa jadinya jika sebuah game arcade tanpa musuh sebagai obstacle” jelasku panjang.
“Jadi Programer memang membuat obstacle untuk membuat pemain utama semakin tangguh dengan semua rintangan itu ya.” kata Joy mengangguk-angguk.
“Seperti analogi sebuah game. Game yang bagus memiliki obstacle dan supporting item yang balance bukan. Pemainyalah yang harus mengatur strategi mengambil keputusan di timing yang tepat.” balasku.
“Yaya.. satu-satunya orang yang akan membuatmu semakin kuat adalah musuh-musuhmu tapi Pak…” kata Joy. “Boleh kuteruskan dulu? Siapa tahu jawaban dari pertanyaanmu ini akan ada di akhir penjelasanku?”. “Oh ok Siap Pak” balasnya spontan sambil mengangkat tangan posisi hormat.
“Untuk memudahkan David dalam menjalankan misinya, peneliti memberikan protokol panduan awal untuk David agar mudah menjalankan misinya. Protokol pertama ia kemas dengan sederhana karena bersifat basic command. Misalnya tentang panduan bagaimana cara menggunakan tubuh mereka, mengisi ulang energi dengan resource yang ada di skeliling mereka, hingga panduan benda apa yang tidak boleh ia konsumsi karena akan membahayakan program mereka.” lanjutku.
“Mereka berkembang mempelajari alam sekitar dengan panduan Programer, hingga pada suatu ketika David mentransfer program kehidupanya pada partnernya untuk memproduksi tubuh fisik robot generasi berikutnya dengan program yang dia dapat dari David. Dari sinilah akan terjadi tiga fase perkembangan peradaban robot itu dimulai. Fase perintah dasar, fase mengembangkan pengetahuan, hingga fase akhir dengan perintah dan misi yang lebih kompleks.” tuturku.
“Proses regenerasi itu terus berjalan hingga mereka memiliki keluarga besar, lalu mereka menyebar ke seluruh arena eksperimen. Proses berlangsung hingga akhirnya terbentuklah satu komunitas masyarakat kecil pertama. Dengan banyaknya robot dan komunitas yang menyebar, Programer memberikan protokol lanjutan untuk mengatur cara hidup mereka inilah fase kedua ketika mereka diberi perintah tambahan untuk mengatur kehidupan dengan variabel peradaban. Kau ingat kan protokol pertama hanya berisi panduan basik? Jika itu hanya untuk mengatur satu atau beberapa keluarga besar, Kini Programer itu mulai memberikan panduan tentang cara bersosialisasi dan berlaku antar robot dengan peradaban yang mulai terbentuk melalui robot terpilih yang disebut ‘avatar’ yang akan memberikan mereka informasi protokol berikutnya melalui format Wall yang hanya diprogram untuk tunduk pada perintah programer.”
“Para robot tadi terus beregenerasi, membentuk komunitas sosial yang menuntut mereka untuk belajar bagaimana bersepakat, setiap kelompok komunitas yang tersebar di area eksperimen memiliki problematika yang berbeda berdasarkan arenanya, untuk itulah Programer mengirimkan avatar yang berbeda dengan tujuan mengapdet protokol sesuai dengan zaman dan area mereka berkembang” lanjutku. “Ada dua jenis avatar, yang hanya bertugas untuk mengingatkan kaumnya kepada protokol yang sudah ada, dan avatar yang datang untuk memberikan protokol baru yang juga akan menghapus protokol yang sudah ada. Dan setiap avatar memberikan mereka informasi tentang avatar terakhir yang akan menyempurnakan protokol ini.” kataku sembari mengganti persenenleng.
“zaman terus berkembang perlahan mereka membentuk peradabanya dari masa nomaden untuk mencukupi kebutuhan energinya, hingga mereka menetap dan menciptakan peradaban yang lebih lanjut, avatar terus diturunkan setiap jangka periode waktu, tujuanya untuk mengingatkan bahwa misi mereka adalah mematuhi protokol dari Programer. Uniknya robot berkembang ada yang tidak mengikuti protokol panduan. Itu semua karena AI, yang memberikan mereka kemampuan untuk mengambil keputusan dalam menyikapi masalah. Robot-robot yang tetap pada protokol lama itulah yang membuat adanya perbedaan kelompok tujuan hidup. Seperti halnya sebuah komputer yang memiliki program photoshop 1 hingga x8. Akhirnya ada banyak program dalam komputer itu meski sebenarnya photoshop X8 sebenarnya sudah mencakup semua versi sebelumnya. Begitu juga protokol para robot itu yang bagi sebagian robot menolak untuk di update. Padahal Protokol terbaru memiliki solusi dari permasalahan yang akan dihadapi oleh robot-robot itu, dan protokol terbaru bersifat menghapus protokol yang ada sebelumnya. Protokol yang tidak diapdet itulah yang membuat adanya banyak versi protokol.” kataku panjang.
“Terus bagaimana nasib para robot yang tetap bertahan dengan protokol lama? Maksudku bagaimana mereka tahu bagaimana menjalankan misinya jika mereka hanya terhenti pada protokol untuk sebuah zaman tertentu saja?” tanya Joy.
“Itulah masalahnya Joy, karena pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana jika kita adalah robot itu tadi dengan 4 element yang sama? Tubuh mekanikal yang sama dengan organ tubuh kuta, Prosesor dalam robot tak lain adalah otak kita, Kecerdasan buatan untuk mengambil keputusan adalah hati kita, dan baterai yang tak lain adalah nyawa kita, yang kita tidak punya kuasa sedikitpun atasnya.” tuturku menjelaskan makna analogiku tentang robot.
“David hanyalah perumpamaan dari manusia pertama bernama Adam yang diciptakan oleh Programer super cerdas yang melampaui semua peradaban yang telah dibangun manusia, yang jika kau tidak keberatan menyebutnya sebagai tuhan. Allah, begitulah Ia mengenalkan dirinya dalam protokol kehidupan berupa kitab suci, yang ia turunkan melalui programnya, Wall atau malaikat. Programer kita menjelaskan dengan detil bahwa misi kita di dunia ini adalah untuk menjadi khalifa, yang bertugas menjaga bumi ini sesuai panduanya yang ia sampaikan melalui avatar pilihan dari waktu ke waktu. Avatar-avatar itulah yang kita kenal sebagai nabi dan rasul, yang memberikan kita panduan bertahap dari yang paling sederhana, yang disebut sebagai ten commandment of god, atau sepuluh perintah tuhan sebagai insturksi basik peradaban manusia pertama, hingga Al-Quran yang berisi instruksi yang kompleks yang mencakup panduan dari cara buang air kecil hingga mengatur tatanan masyarakat ekososbudpol, sebagai jawaban atas setiap permasalah manusia saat mereka mencapai peradaban tertinggi. Akhir zaman.” Joy masih tertegun saat kubuka analogiku.
“Nabi adalah avatar yang bertugas mengingatkan kembali tugas protokol kehidupan, dan Rasul adalah avatar yang bertugas menyampaikan protokol baru yang akan menghapus protokol-protokol sebelumnya. Sedangkan manusia-manusia yang menolak untuk mengupdate protokolnya, padahal dalam protokol mereka sendiri telah disebutkan bahwa akan ada avatar terakhir yang menyempurnakan semua protokol dan menghapus protokol sebelumnya, orang-orang itu membentuk satu komunitas sendiri yang mereka sebut agama, sementara sang Programer sendiri, yang menciptakan semua protokol itu mengatakan, satu-satunya protokol yang diterima dalam system programnya adalah protokol terakhir yang merupakan inti dari semua protokol sebelumnya. Protokol itu disebut dengan protokol obedient yang memiliki arti berserah diri. ” kataku sambil bergumam melafalkan istigfar, tahmid, dan tahlil.