Menyikapi pertengkaran

Kenapa harus bersikap tidak menyenangkan pada orang lain?

Kenapa kita memaksa orang lain untuk membenci kita dengan sikap kita yang tidak menyenangkan itu?

Apa marah yang membuat kita sperti itu?

Lalu kenapa tidak memilih cara yang lebih berkualitas.. Seperti.. mengkomunikasikan kemarahan kita?

Siapapun tahu.. Akan lebih gentle ketika kita mengatakan maslah tersebut di hadapan orang tersebut. Mungkin hal itu akan menyakiti si obyek, namun dari sikap itu kita telah menunjukan sikap peduli kepadanya. Menegur secara tegas untuk kebaikan dia ke depan. Di samping itu. Dengan mengkomunikasikanya di depan. kita telah membuktikan bahwa kita setidaknya telah sedikit lebih dewasa, daripada melakukan hal-hal yang kita sendiri bahkan sulit menalarkanya.

Biar kapok?

Apakah itu yang ingin kita smpaikan?

Biar dia merasakan keacuhan yang kita rasa darinya?

Ohoho.. Tunggu dulu. Keacuhan?

Apa kita ingin diperhatikan sedetail itu?

Mngertikah beda seorang anak dan ayahnya?

Ya, ayahnya memberi prhatian lebih kepada anaknya lebih daripda meminta perhatian anaknya…

sesuaikanlah usia kita dengan cara kita menyikapi masalah dan menempatkan diri. “Mature is not only about how old are you. Its about, how you respon a problem among you…”

Jadi dapat disimpulkan juga, bahwa sebenarnya sikap memusuhi, usaha membuat orang lain jengkel, mengacuhkan, bahkan bersikap tidak menyenangkan. Adalah wujud kita dalam usaha memaksa orang lain membenci kita..

Sya lebih suka mengambil pendapat saudra seprjuangan sya.. Afif. Di profill face bookny anda akan menemukan keterangan yang unik tentang deskripsi dirinya..

”if I were u, I will say, u’re what I think about u ”,

Haha sya setuju.. Dan memang begitulah adanya.

Categories: renungan | Tinggalkan komentar

tuhan itu maniak sutradara yang hebat

“stiap orang berhak untuk grieving, tapi sberapa lama ia terpuruk dalam kesedihan itu… adalah sebuah pilihan”

kata pria itu. aku masih terdiam dan berusaha mengutarakan sesuatu,aku tau saat ini aku harus mengatakan sesuatu yang bisa meringankan bebanya tapi aku tak tau apa. jadi aku hanya diam dan terus mendengarkanya…

aku yakin setiap dari kita pasti pernah mengalami hari yang paling buruk dalam hidup kita. hari di mana semua harapan seakan menjauh dari kenyataan, hari di mana angan dan mimpi yang kita bangun hancur begitu saja di depan mata. itulah kehidupan. sebuah drama misteri yang dirancang oleh tangan besi jenius.

“masa depan nggak pernah pasti… jadi sharusnya gak ada alasan buat sedih trus-trusan”

benar… lalu kenapa kalau kita tahu rencana kita gagal?

trus ada apa kalau kita sudah tahu kita sakit dan hancur?

aku yakin, satu-satunya cara menghadapi masa lalu adalah dengan menerimanya, dan kemarin aku benar2 tau maknanya. pria itu mengatakan padaku,

“lo tau es batu? kalo lo pegang tu es trus menrus akan ad saatnya ketika es itu nggak lagi terasa dingin. dan kalo lo bisa ngaca dari itu, nggak ad alasan kita lari dari masalah. gua tau gua sakit. makanya gua nrima aja. gua sambut rasa sakit itu. selamat datang rasa sakit inilah aku silakan datang padaku. itu yang bakal gua lakukan karena gua tau bakal ada masanya saat sakit itu sudah tidak menyiksa lagi.  semua itu butuh proses dan proses itulah yang membuat kita lebih dewasa dalam nyikapin hal.”

“Tuhan nggak pernah menjanjikan semua akan berjalan dengan mudah di dunia, tapi dia menjanjikan bahwa dalam melaluinya, kita takkan pernah sendiri. Dialah yang akan selalu menemani.”

subhanallah…. itulah kata2 yang melekat d benakku malam itu.

namanya Boni, teman sekelas yang kuanggap sbagai kakak dan guruku yg tanpa sungkan membagi ilmunya. dia dulunya adlah seorang dosen di IKJ… yah orang hebat. berbicara denganya seperti berbicara pada google internet. sorot matanya tajam dan setiap kata yang keluar dari mulutnya terungkap dengan pasti. kulit putih dan rambut cepak adalah karakter khasnya.

cahaya bulan yang samar membuatku perlahan dapat melihat jelas wajahnya. sudah dua jam ini listrik berhenti mengaliri blok tempat kosnya berada. sebenarnya malam itu kami hanya ingin membahas sebuah aplikasi digital yang sering kami bahas akhir2 ini. begitulah dia kepalanya penuh sekali ide-ide brilian. hanya sja kendala teknis di atas membuat kami lebih memilih untuk menghabiskan waktu di halaman kosnya yang luas. dari situ aku tahu bahwa sebenarnya ia sedang diuji dengan sbuah cobaan yang tidak mudah. masalah hati kawan…

“iya mas… aku tahu.. sebagai teman seharusnya aku bilang sesuatu yang bisa membuatmu semangat sekarang… tapi aku hanya nggak tau apa itu” kataku dengan polosnya berusaha mencari kata-kata yang seharusnya bisa membuatnya sedikit terhibur…

“hahahah… gak masalah… lagian gua g pingin lu juga ikut-ikutan mikir kok. ngapain juga masalah dibagi-bagi.. mending rejeki ama seneng-seneng iya gak?” katanya singkat membuatku semakin bersalah…

“ah tapi stidaknya kamu kan harus membaginya mas… mungkin masalahnya g selesai hanya dengan berbagi, tapi teman-temanmu kan pasti juga ingin dianggap ada dengan mendengar masalah-masalahmu itu” kataku lagi.

“tenang aja… gak ada ceritanya orang sukses yang hidupnya itu gak sulit. lu coba deh bikin dua titik start yang sejajar dengan dua titik finish yang sejajar pula. tarik garis lurus untuk rute pertama… dan satu lagi garis yang g putus-putus tapi lu bikin tuh garis muter-muter dulu sebelum sampai di garis finis… lu liat perbedaanya…

ke dua titik start dan finish itu adalah usia di mana dua orang menghadapi masa-masa cobaan, sedangkan garis finis adalah usia beberapa tahun setelah masa itu dimulai. dengan tenggang waktu yang sama… panjang masing-masing garis itu berbeda kan…

garis yang lurus mungkin memiliki waktu yang sama dengan masa cobaan itu

tapi kalo kamu liat garis yang berbelit-belit satunya lagi, terus kamu tarik tuh garis biar lurus… kamu akan menemui garis itu smakin panjang dari garis satunya tadi. kau tau apa? garis panjang itu adalah pengalaman yang kita dapat.

jadi intinya semakin banyak masalah yang kita terima, bakal semakin banyak pengalaman yang kita punya” katanya sambil tersenyum…

“tapi bagaimana dengan…” kataku yang kemudian di potongnya.

” sudahlah Jika lu gak bias membahagiakan banyak orang, bahagiakanlah aja satu orang. nah salah satunya dengan nggak nambahin orang itu masalah… iya gak? hahaha”

“gini Rik..” katanya serius…

“gua yakin tuhan itu hebat… Dia itu maniak sutradara yang gila… Dia gak bakal ragu nyobek-nyobek impian terbesar loe di hadapan loe, untuk menunjukkan bahwa ada rencana lain yang lebih indah yang Dia siapin untuk loe…” katanya dengan mantab. dan saat itu aku belajar bahwa seburuk apapun hari yang kita lalui.. itu sebenarnya hanyalah awal dari sesuatu yang indah.

dulu aku pernah menuliskan dalam note fb juga, bahwa tidak ada waktu yang tidak tepat untuk bertemu orang baru, dan aku mengatakan bahwa setiap orang yang kita temui memiliki alasan dalam perjalanan hidup kita. masing-masing dari mereka memiliki sebuah kotak kecil bernama persahabatan…. menyambut hal baru, berpikir positif, dan tetap melangkah bisa mendekatkan kita pada kotak-kotak kecil itu. hingga suatu saat kotak itu terbuka kita tidak akan tau kotak mana yang tepat bagi kita, dan untuk itulah “sang sutradara” selalu mengarahkan kita dengan cara yang Ia miliki.

“the world is just like a damn game”

“we could play and grow on

to think u lost and give up, just lika bunch of coward

no one could stand if they don’t had a reason….

a dream, a love, and even nightmare to defeated…

and the winner who can stand untill the last

and enjoy every stage they had”

*Harvestmoon_Sky and the Orphic Family

Categories: renungan | Tinggalkan komentar

Rasa Takut

Rambutnya panjang dengan syal merah melingkar di lehernya. baju kemeja putih polos yang sedikit kedodoran dan jins pensil yang membalut kaki jenjangnya telah berhasil menghipnotisku selama beberapa menit. pagi ini sungguh sempurna. cahaya pagi yang hangat jatuh dari sela-sela dedaunan pohon di pinggir kolam. menimbulkan kilauan-kilauan lembut yang terpantul dari kolam dan jatuh tepat di wajah gadis manis itu. tidak jauh dari pemandangan indah itu, aku duduk bersandar di bawah pohon perdu di pinggir kolam.

aku mulai mengeluarkan sebuah buku catatanku dan bersiap menulis. kuhirup udara pagi ini dengan seksama dan membiarkanya mengalir segar memenuhi paru-paruku. khidmat. namun tiba-tiba dari arah yang sama aku melihat gadis tadi, terdengar suara teriakan panik. segera saja kubuka mataku dan mencari sumber suara dan aku tercengang. seseorang tengah bergumul dengan air untuk tidak tenggelam.

“Gadis itu” pekik-ku sambil beranjak dari tempat dudukku.

dengan sigap aku segera berlari ke arah kolam itu. melemparkan buku dan penaku, dan selanjutnya adalah adegan slow motion aku menanggalkan sepatuku, berlari sambil membuka baju kemeja dengan gaya ala supermen…. lalu aku meloncat indah sesaat setelah melepas kemeja putihku… lalu semua terhenti seperti seseorang di luar sana yang menyaksikan adegan dramatis ini sedang menekan tombol ‘pause’

kalian tau apa yang mengasyikan dari seorang lajang? kalian akan selalu bersemangat untuk melakukan hal baru… kenapa?

karena kau tidak akan pernah tahu di mana kau menemukan pendampingmu, sehingga pada ajakan apapun yang berkaitan dengan tempat baru, hal baru, yang memberikan kemungkinan untuk menambah teman, relasi dan wawasan akan selalu kau terima dengan semangat. tentunya tidak hanya selalu karena semata berharap bertemu dengan pendamping saja, akan tetapi inilah hidup. tidak hanya mengkonversi kebutuhan manusia untuk bersosialisasi dan bergerak dengan teknologi yang ada. tapi memperjalankan diri kita, menguji batas kemampuan kita, mendatangi tempat yang tidak kita kenal dan menemui suasana yang berbeda dengan kita untuk mengenali siapa kita. Heterotopi: manusia mengnali dirinya melalui ruang-ruang yang berlawanan dengan kita. dan saat ini aku sedang melakukanya. menuju tempat baru untuk mengenal diriku.

ok, rupanaya tombol play telah ditekan kembali dan…

ZRASSSHH… tubuhku meluncur begitu saja di air bening itu. menimbulkan bercak keemasan hasil kombinasi percikan air dan kilauan matahari pagi. Dengan cekatan aku segera merangkul gadis itu sambul kubawa menepi. aku sempat memekik saat ia panik dan mencakar-cakar tubuhku tapi itu tak lama sampai ia menatapku, memelukku dan mengikuti gerakan berenangku hingga kami bisa menepi. beberapa orang segera mengerumuni kami dan tampak seorang wanita segera memeluk gadis itu. mungkin kakaknya. aku segera melangkah pergi sebelum mereka sempat menyadari keberadaanku.

aku melangkah santai sambil mengeringkan rambutku. kupungut kemeja putihku yang tergelatak di pinggir kolam dan memerasnya sambil jalan santai tanpa mempedulikan kerumunan di belakangku hingga dari kejauhan aku mendengar sesuatu yang membuatku terhenti sejenak…

“Kakak baju putih… Terimakasi banyak” gadis itu berteriak haru ke arahku. tanpa menoleh aku segera menggantungkan kemejaku di punggungku sedangkan tangan kananku hanya melambai sambil kulanjutkan langkahku. aku hanya bisa tersenyum  kecil saat kudengar suara tepuk tangan di belakangku. menimbulkan efek dramatis antara suasana haru dan cahaya pagi yang berkilatan di atas kolam itu. sungguh indah, aku juga tidak menyangka bisa melakukan tindakan se-heroik itu…

“Oii rik… latihanya di sebelah sini saja agak dalam, biar cepet bisa” dari arah kolam dewasa Sultan meneriakiku.

“ntar tenggelam Tan… di sini aja” kataku dengan suara sekecil mungkin agar tidak di dengar oleh orang-orang di sekitarku…. yah kalian benar, apa yang terjadi di atas tadi hanyalah ada di dalam kepalaku. dengan gerakan jongkok aku memasuki kolam renang dangkal di areal SABUGA.

“kalo di situ kamu gak bakal berkembang” sekali lagi Sultan berusaha membujukku agar mau bergabung denganya di kolam dalam.

“sampai matipun gak bakal ke sana” gumamku lirih…

“Apa?” tanya Sultan

“biar bagaimanapun aku akan berusaha ke sana” teriakku membenarkan percakapan. maklum saja kawan saat itu seorang anak kecil mulai memasuki kolam dangkal itu. dia tersenyum padaku dan aku tersenyum padanya. “kok gak ada yang ngawasin dek?” tanyaku sambil berlagak menarik-narik tanganku. pemanasan. namun tiba-tiba… BYURRR…. dengan gerakan lumba-lumba anak itu melsat melintasiku, bolak-balik dari satu sisi ke sisi kolam lainya. perlahan kutenggelamkan tubuhku hingga tersisa mataku yang terus mengamati gerakan anak itu. malu.

“sial aku kalah” batinku. akhirnya kuputuskan hari itu aku harus bisa. memang selama ini aku telah banyak mendengar teknik dan teori berenang dan mengapung aku hanya tidak tahu apa yang menghalangiku mengaplikasikan teori-teori itu. akhirnya aku berdiri tenang, kupandangi lekat-lekat air itu. TAKUT, itulah masalahnya. aku menemukan jika aku takut pada air. tapi aku segera teringat akan kata-kata Nicholas Saputra bahwa –Rasa takut itu tidak ada gunanya, dan baru ada gunanya jika kita lawan-

 

jadi saat itu aku mulai mengevaluasi dan mendata ulang apa yang mencegahku untuk berenang dan apa yang membuatku bisa melakukanya. aku merenungkanya sambli membenamkan kepalaku. namun seketika itu aku kembali ke permukaan aku menemukanya. selama ini aku selalu menutup mata dan hidung saat menyelam. rasa takut, jijik, dan benci terkadang muncul karena ketidak tahuan kita akan apa yang membuat kita merasakan tiga hal tersebut. ketidaktahuan. itulah kuncinya. dan mulai saat itu aku berlatih membenamkan diriku dengan mata terbuka, hanya untuk mengetahui apa yang terjadi di dalam air(yang selama ini tidak pernah kuketahui) hipotesisku adalah jika aku lebih dekat dan tahu apa yang ada di dalam air maka aku akan tahu keadaan di dalamnya dan itu akan memberikanku referensi tindakan apa yang harus kulakukan.

“kamu tahu kenapa preman sudah tidak lagi takut untuk berkelahi dengan senjata tajam sekalipun?” kata temanku seorang komikus. “itu karena mereka telah sampai pada limit (batas) rasa takut dan sakit yang pernah mereka alami” lanjutnya. yah begitulah, referensi wawasan sehingga mereka punya referensi dan tahu, kemungkinan apa yang akan terjadi akan apa yang mereka lakukan.

jadi begini kawan, dalam perjalanan hidup manusia otak kita menyimpan berbagai pengalaman dan kondisi yang bisa disebut dengan ‘kosa pengalaman’ di mana di sana ada pengalaman estetik hingga pengalaman yang tidak baik. masing-masing pengalaman itu mereprentasikan kesan yang berbeda dan di dalamnya terdapat elemn-elemen yang merekonstruksi kesan itu.

manusia melihat dan mengalami berbagai hal, masing masing hal itu memberikan kesan tersendiri pada otak kita menjadikanya kosa-kosa visual hingga experience yang membuat kita belajar. pada sebuah seminar yang pernah kuisi aku memutarkan sebuah filem pendek (besutan ‘mat rat

production’) yang memiliki kejutan di akhirnya. di awal filem itu digambarkan terdapat seorang wanita yang berpekik tertahan lalu terdiam lemas. bercak darah nampak di sekitar tubuhnya, sementara seorang pria tua  dengan wajah takut mulai berlari meninggalkan wanita itu. suasana semakin mencekam ketika seekor gagak yang mengamatinya terus berteriak parau. dengan gemetar lelaki itu berlari ke arah mobil dan mengambil sebuah kain. di klimaks para audience menyangka pria tersebut akan membungkus mayat wanita itu, namun kenyataan berkata lain. ternyata wanita tersebut baru saja melahirkan dan kain tadi tak lain hanya untuk membungkus bayi yang mulai menangis.

pada saat itu aku menanyakan kepada peserta siapa sajakah yang beranggapan bahwa itu pembunuhan. dan hasilnya seluruh peserta ruangan mengangkat tangan. lalu apa sebenarnya yang terjadi?

yang terjadi adalah simbol-simbol berupa darah, teriakan, wajah takut pria, dan suara gagak, me-recall  ulang wawasan kita akan kosa visual yang berkaitan dengan simbol-simbol tersebut lalu memberikan kesan akan peristiwa pembunuhan, sesuai dengan referensi dari filem atau kejadian yang pernah kita lihat sebelumnya berkaitan dengan darah.

begitu juga dengan rasa takut. ketidak tahuan akan apa yang kita hadapi ditambah dengan referensi akan pengetahuan yang tidak seberapa akan hal yang kita takuti membuat semua usaha seakan sia-sia. dalam konteks berenang tadi, akhirnya aku berusaha mengosongkan referensi tentang hal-hal yang menakutkan semacam tenggelam, kram, hiu, buaya, kraken, hingga nenek kokoro yang mungkin akan membahayakan nyawaku. aku terus membenamkan diri dan melatih mataku untuk terbuka. mengakrabkan diri dengan hal-hal yang tidak pernah kutahu sebelumnya dan hasilnya…

mengejutkan….

aku masih tidak bisa berenang.

haha bercanda… aku mulai menguasai air dan aku mulai berani berenang. dan kalian tahu. aku mulai menulis tulisan ini sekitar tiga minggu yang lalu dan kini aku sudah bisa berenang 🙂 (meskipun secara teknis masih butuh jam terbang untuk bisa merekronstruksi khayalanku di atas tadi menjadi nyata hahaiii)

masa muda itu masa di mana kau melakukan sesuatu dengan segenap energi yang kau punya sampai tak tersisa lagi….berlari dan berlari untuk mengejar bukan menghindar…

Categories: cerpen | Tinggalkan komentar

Kemis teri

Wednesday, April 27, 2011

Siang hari Di sebuah rumah gedeg beralaskan tanah milik Marni. Tarman sedang disidang oleh Marni dan Somad, sepasang suami istri yang merupakan sahabat lama Tarman. Udara siang itu terasa lebih panas dari biasanya… di tengah rumah kecil itu mereka telah bercengkrama sejak selesai menyemai padi tadi pagi.

Tampak sebuah ranjang kayu di sudut ruangan tempat Somad biasa melepas lelah setelah capek berladang. Tak jauh dari ranjang itu terdapat sebuah kursi panjang khas pedesaan dan meja bundar kecil yang kehilangan salah satu sisi kakinya akibat rayap.

“terus maumu gimana ni?” kata Tarman sambil menyeruput kopi buatan Marni. Marni hanya diam.. entah mengapa setiap kali Tarman mengajaknya bicara hanya sdikit kata yang keluar dari mulutnya. Selebihnya ia juga selalu memalingkan pandanganya saat berbicara dengan Tarman..

“kamu juga Mad.. knapa sih kau selalu mengataiku. yang pilih-pilih lah.. gak bersukur, mau kamu apa?” kata Tarman pada Somad yang baru saja selesai menghisap rokok mbako buatan tanganya.

“ya Kang Mas itu, sudah enak dijodohkan sama si Rukmi.. eh buknya diterima baek-baek malah ditolak. Alasan gak cocoklah, gak sehatilah. Kang, meskipun Rukmi itu gadis yang biasa-biasa tapi dia itu rajin kang, bisa bantu-bantu rumah tangga nanti dengan bisnis jajan pasarnya itu. Lagian umur kangmas itu sudah kepala tiga, sudah waktunya berumah tangga.”

“Nah itu yang kumaksud.. Mad. Nada bicaramu seakan berusaha memberiku yang terbaik, tapi di telingaku itu lebih terdengar kalo aku ini selalu pilih-pilih dan maunya sama gadis cantik dan kaya..”

“loh yang mana kang..?”

“ya itu kamu bilang meskipun dia gadis yang biasa-biasa… apa g sama dengan ngomong gitu kamu?” Tarman sedikit menaikan nada bicara.. Marni hanya tertunduk memperhatikan dua orang yang selalu menggarap sawah bersama sejak kecil itu.

“tapi kenyataanya memang gitu kan kang.. Kang Mas ini gak mau sama gadis biasa-biasa.. yang dulu Surti yang dikenalkan Simbok juga akang tolak dengan alasan yang sama..”

“bukanya gitu Somad.. aku ini memang belum merasa kalo mereka itu cocok sama aku, lagian aku ini belum dapat kerja tetap kok disuruh cepet-cpet nikah. Hanya karna kamu sama karyo sudah punya pasangan gitua? Hanya karna orang-orang di sana sudah pada punya gandengan di usia segini, trus karna aku belum bertemu orang yang ku suka, kalian menganggapku pilih-pilih? Sombong? Gak bersukur? Apa lagi?”

“ya nggak gitu kang.. tapi..”

“tapi apa? Karena ada yang sudah dikenalkan sama aku terus aku harus kawin gitua sama dia meski nggak cinta beneran. Knapa? Biar kalian sama orang-orang di sana ndak lagi ngomongin aku? Aku ngerti Mad Rukmi itu gadis yang rajin, ibadahnya juga sip, sesuai idamanku.. aku juga menghormati dia sbagai gadis yang sudah kalian kenalkan.. aku juga sudah belajar banyak darinya.. la tapi kalo belum mrasa cocok masak ya mau dipaksa to Mad.. apa gak malah kasiah dianya..?”

Sesaat suasana hening. Somad memalingkan wajah pada atap rumahnya, hingga tampak bagian-bagian genting yang bergesar, meluruskan perijinan cahaya siang itu dan air huja sewaktu-waktu untuk masuk menyapa ranjang kayu tempatnya duduk bersama marni sekarang.

“tapi kata Jupri mas, lebih baik menikahi orang yang menyukai kangmas daripada orang yang cuman kangmas sukai tapi ndak suka sama mas… kalo mas milih mana hayo?”

“hah Jupri? Jupri yang bininya tiga ntu? Oalah.. iya Mad aku ngarti maksudmu tapi..” sesaat Tarman tampak menahan tawa. Ia pikir Jupri telah sukses menanamkan pemahaman sesatnya pada Somad. Memang di kampong itu, Jupri terkenal sebagai si tua keladi yang kerjanya hanya menghabiskan uang warisan kakeknya.

“lah kangmas milih di posisi mana?”

“gini lo Mad?”

“sudah kang, jawab saja dulu!” Somad merasa di atas angin dan mendesak Tarman. Marni ikut memandang kea rah Tarman menanti jawaban dari pertanyaan mendesak itu. Namun seperti biasa, ketika Tarman memandang dua orang yang penasaran itu, Marni segera menoleh ke arah lain seakan menghindari tatapan Tarman.

“iyowis ngenelo.. kalo aku sendiri dalam posisi gitu, ya mestilah aku bakal menikahi orang yang aku suka.. Mad!”

“lah tapi kalo dia gak suka kangmas apa ya masih tetap dinikahi.. apa gak mending yang menyukai kita.. bakal setia gak kawatir dan enak, kita bakal dimanja terus..”

“iya..iya.. aku ngarti iku Mad.. masalahnya kalo aku tetep menikahi orang yang gak bener-bener tak cintai.. opo iku adil bagi si dianya?”

“la kalo menikahi orang yang cuman kangmas sayangi, apa itu adil bagi kangmas??”

“yah itulah konsekuensi mencintai Mad.. makanya pernikahan itu bukan hal yang gampang.. sukur ada yang suka langsung digasak.. yoo bakal banyak yang tersakito lo Mad… wong namanya menikah itu kita juga harus menikahkan orang tua kita sama mertua. Jadi kalo dua-duanya belum sreg tenanan ya ojo kesusu.”

“brarti kangmas mau mengenal Rukmi lebih dalam dulu gitu? Trus bakal dinikahi?”

“loh ya gak segitunya Mad.. Somad..”

“la terus??” Tanya Somad menyudutkan..”

“Hei Marni.. “ Tanya Tarman kepada Marni yang segera ditanggapi Marni dengan wajah yang ramah.

“Dulu waktu si Somad ini ngelamar kamu, apa kamu sudah tahu si Somad luar dalam?” Tanya tarman sambil sekali lagi menyeruput kopi yang sebenarnya sudah tidak lagi panas itu..

“mm.. maksut akang?”

“ya itu tadi.. apa kamu nrima dia karena kamu sudah sangat mengenalnya?” Tanya tarman sekali lagi. Saat ini tangan Tarman telah menggenggam secuil singkong rebus yang ada di sebelah kopi yang disediakan Marni tadi..”

“ah ya ndak to kang..” kata Marni sambil tersipu

“Naaahh..” kata Tarman dengan nada kemenangan. Diikuti dengan wajah bingung Somad.

“terus knapa kamu trima lamaranya?”

“ya nggak tau mas, la saya juga suka kok” kata Marni sambil tersipu. Somad segera tersenyum ke arahnya.

“la terus apa hubunganya Kang? “ Tanya Somad

“meskipun Marni nggak tahu kamu luar dalam, dia menerima kamu karna ada rasa juga.. kalo kata ponakanku yang di kota itu namanya kemis Teri… Mad..”

“heh? Kremes Teri? enak tah kang?”

“gak tau pokoke gitulah ada kecocokan gitulo. Ya aku nggak tau apa si rukmi itu jodohku atau bukan. Bisa jadi dia memang ditakdirkan untuk hidup denganku. Kita kan gak tau to Mad..” kata Tarman sambil melahap potongan terakhir singkong rebusnya. Kali ini Somad juga sependapat.

“berarti kang mas bakal nglamar Rukmi to?”

“halah mbalik maneh Mad.. ya ndak tahu, yang jelas untuk saat ini aku belum nemu kemes teri itu. Ya ndak ada yang tau.. pkoknya yang jelas aku gak bakal mengiyakan perjodohan itu Cuma gara-gara njaga perasaan si ini atau si itu.. tapi akir-akirnya malah mengecewakan.. kalo terbuka dari awal kan g ad yang kecewa to Mad”

“aku ora mudeng lo mas.. iku teri opo maneh kok dibawa-bawailo” Tanya Somad kepada Tarman yang mulai beranjak dari tempat dudknya.

“ya mbuhlah. Wis tak ngasi makan Gloria dulu, rumput-rumputku selak garing nangkring di sepeda angin spanjang hari” Kata Tarman sambil pamit pada dua orang itu. Lagi-lagi Marni memalingkan muka dengan sopan pada Tarman saat dipamiti…

dengan pandangan kosong Somad mengikuti gerak Tarman di atas speda anginya hingga menghilang di balik tikungan kebunya..

“Bune.. nanti kalo tole sudah besar, jangan lupa belanja teri yang banyak.. biar jodohnya lancar” kata Somad polos pada Istrinya..

credit:

foto 1: try infra red by poto sop by Akhya’ Muhammad K

foto 2: hitam,kelam. Coban rondo  by Akhya’ Muhammad K

foto 3: moon and tree  by Akhya’ Muhammad K

Categories: cerpen | Tag: , , , , , | 2 Komentar

beginilah adanya di sini

Saturday, December 4, 2010

Beginilah adanya di sini

keheninganku berkata lebih banyak dari yang bisa kuucapkan

Aku ingin menangis

Tapi tak ada air mata

Aku ingin berucap

Namun tak ada kata yang tepat yang dapat kutemukan

Jadi kupejamkan mata dan kurasakan

Hatiku berdegub

Begemuruh

Hanya itu yang ku tau

Hatiku belum dewasa

Pikirankupun tak memahaminya

Mulutku tak bisa mengucapkanya

Bahkan jariku tak bisa menuangkanya

Aku mengerti

Tapi tak terwakili

Ada keindahan dalam kesunyian

Ada ketenangan dalam hening

Ada hasrat dalam ketenangan

Ada semangat dalam diam

Ada luka dalam sepi

Dan ada sepi dalam sepi

Diam dan merasa

Tak banyak yang bisa kutuliskan

Tak banyak yang bisa kujelaskan

Hanya kebingungan yang tak jelas

Aku merasakan hening

Aku merasakah perih

Aku terluka

Tapi aku menyukainya

Beginilah adanya di sini

Tak harus terjemahkan

Setidaknya tersampaikan

Di sudut jalan itu

Di antara riuh rendah tawa mereka

Di dalam heningku

Di sekitar tawaku, kataku, teriakanku, dan diamku

Terdengar suaramu

Tidak bisa mendengar

Hanya terdengar

Egoku mengalahkan aku

Mimpiku menelanku

Dan pikiranku menelanjangiku

Bersamamu entah mengapa begitu berarti

Di hatiku, tak seorangpun mengerti

Categories: puisi | 2 Komentar

berdamai dengan hati

Sunday, September 26, 2010

dear saudaraku

D nurmawan

ntahlah semua tulisin yang kau berikan padaku hanya membuatku terlihat semakin bodoh….

entahlah aku harus bagaimana, ketika salah seorang temanku di sana sedang mendapatkan masalah.

masalah yang bukan sembarang masalah

masalah yang dengannya kau bisa melupakan segalanya

membenarkan segalanya, bahkan menantang segala yang ada tak peduli tuhan

ah cinta…

aku sendiri juga belum tahu apa itu cinta

yang ku tau hatiku belum cukup dewasa untuk menemukanya

ayolah tentusaja yang kita maksud adalah sesuatu yang terlahir dari hubungan antara anak adam dan hawa

yah cinta yang itu

kalau hanya jatuh cinta tentu saja aku pernah mengalaminya

yang tidak kupahami adalah apakah itu benar cinta

bahkan akhir2 ini aku sering ‘jatuh cinta’

memahami cinta bukanlah hal yang sederhana

dibutuhkan ribuan hinngga jutaan pahit dan manis untuk memahaminya

bahkan penyair tersohor khalil gibranpun juga tak berkutik oleh cinta

‘kan ku terima sayap cinta itu, meskipun dibaliknya ada jutaan pedang tajam menghujam

kan ku terima da kunikmati perihnya’

ntahlah aku agak lupa

tapi masalah cinta boy! selalu identik dengan pedih dan luka

aku juga tak tau

intinya aku tak tahu…

dan aku tidak tahu apa yang harus aku perbuat pada seorang kawanku ini…

masalahnya adalah aku tahu aku harus berbuat sesuatu, tapi aku tak tahu apa…

dan lebih ironi lagi aku mengatakan percayalah dalam sebuah certia pasti akan ada adegan yang lebih seru dan menarik di episode beriktnya…

ouh bodohnya aku

kawan… untuk masalah obat dari luka yang kau peroleh

aku tidak bisa menyediakanya, mencari, bahkan memberi

seperti yang kubilang butuh ribuan pengalaman untuk bisa berbicara soal cinta

dan aku… kau tahu siapa aku… hanya pemuda yang menyumpali mulutnya dengan mimpi dan angan-angan…

tapi kawan aku pernah mendengar satu bait lagu…

‘love is simpel..’ aku tak tahu apa artinya

tapi menurutku pengarangnya ingin menyampaikan sebuah pesan

bahwa cinta, luka, dan air mata yang kau peroleh denganya adalah sebuah hadiah…

ou.. tunggu dulu tidak ada unsur mengejek dalam tulisan ini…

maksudku adalah hadiah yang tak semua orang mampu menerimanya…

dan sebagaimana hadiah pada umumnya ia diberikan pada orang yang memang memerlukanya..

hanya saja dalm kasus ini kau harus melangkah dan melanjutkan lebih jauh lagi untuk mengetahui kegunaan hadiah itu boy!

jadi intinya aku setuju denganmu

berdamai dengan hati dan lanjutkan hidupmu…

kenapa?

hanya jika kau ingin mencari jawabanya bersamaku kawan

tenang boy aku bersamamu..

mungkin aku tidak bisa mengobati lukamu

tapi setidaknya kau tidak menghadapinya sendiri boy…

cinta adalah satu dari sekian juta alasan bagi kita untuk tersenyum

mengetahui kita akan menangis dan kalah olehnya adalah sebuah ironi

dan kau tau…

semua kata2ku ini tak sbenarnya tak ada artinya bagi

problem solver spertimu, penyair, dan pejuang

karena kau telah menemukan jawabanya

life must go on

‘dont even forget to the pain that we got

temptation we meet after all

coz it will be part of the thing we call

sweet….sweet… sweet… victory !!!

at harvest moon’

(bukanya promosi tapi bait lagu SOF bjudul harvest moon ini mungkin bisa memantapkan hatimu)

nb:

thanks 4 accepting me in your great life

Categories: kisahku | Tag: , , | Tinggalkan komentar

tak seperti yang kukira

Friday, July 30, 2010

masih sama…
bintang yang kulihat dan bulan yang kuharap
apa yang terjadi mengapa ku tetap tak mengerti

ada perasaan yang tertinggal di kursi itu
ada kata yang hilang di gedung itu
ada langkah yang selalu terhenti di jalan itu

ketika aku mulai bicara
hilang akalku tak tau harus ke mana dan mengapa
untuk bebas atau untuk terikat
untuk mengagumi atau memiliki

tapi masih tersisa suasana itu
yang membuatku terus melangkah
berharap saat itu kan datang

ada guratan tawa di wajahmu
dan beban di punggungmu

tak seperti yang ku kira
semua berbeda
tak seperti yang kukira
ternyata aku berharap

di jalan yang belum kukenal ini
akankah kau menunjukkanya untukku…

Categories: puisi | Tag: , | Tinggalkan komentar

Pembenaran cinta

Tuesday, July 27, 2010

…kalau kita mencintai mawar,
mengapa kita tidak siap menerima durinya?
every rose has it’s thorn…

M.A.L.N.H

Categories: renungan | Tinggalkan komentar

Pacaran

Sunday, July 18, 2010

kau jgn trjebak dlm kata ‘pacaran’
krn itu hny istilah umum.

utarakan cintamu.
cintailah org yg kaucintai dg caramu.
persetan dg istilah pacaran atau apa pun….

lakukan apa yg menurutmu benar, jgn lampaui batas yg tlah dgariskan Tuhan.
jika kau masih terikat dg pendapat orang, bgmn dapat kau menyebut dirimu merdeka?

D.N.S

Categories: renungan | Tinggalkan komentar

Setenang saat ini -liryc

Saturday, July 17, 2010

Secerah mentari bersinar di pagi ini

Kurasakan indahnya cerita kita

Tentangmu, tentangku dia dan juga mereka

Membaur indahnya dalam kenangan

Setenang belaian angin menderai rambutmu

Membawa keanggunan lembut sentuhmu

Semua tentangmu menjadi kisah yang indah

Begitulah adanya yang kurasakan di sini

Dan aku mulai merasakanya
Masa di mana kau melengkapinya

Ku tak akan beranjak dari tempatku ada

Karena aku percaya kau kan selalu ada

Menjaga kisah ini hingga engkau kembali

Melengkapi mimpi yang ku miliki

Ku tau suara ini tak bisa menjangkau

Celah hati kecilmu yang membuatku terus bertahan

Aku percaya kau bisa mendengar hatiku

Dengan cara yang sama yang selalu kau pahami

Dan aku takut mengakuinya
namunku tak ingin mengakhirinya

Ku tak akan beranjak dari tempatku ada

Karena aku percaya kau kan selalu ada

Ku tak akan berhenti menantimu di sini

Hingga letih terbalaskan mimpi

meski masa tlah berlalu ku ingin kisah bersamamu

meski waktu terus berlalu ku ingin abadikan kisahnya

kembali dan membingkai indahnya

hingga kurasakan ssuasanan

setenang saat ini

Categories: puisi | Tag: , , , , | Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.